Deskripsi
Desir angin terasa menyapaku dengan lembut seakan memberikanku sebuah pertanda. Aku merebahkan tubuh ini di pelataran bumi yang menghijau, tetapi nampak gelap karena dibersamai gelapnya malam. Wajahku menengadah ke langit, yang bertaburkan bintang-bintang.
“Hmmmmm…” gumamku. Seolah-olah bintang-bintang itu begitu dekat dan terasa bisa disentuh dengan tanganku.
Bintang-bintang itu seperti membentuk sebuah lambang seakan setiap tatap demi tatapnya mengungkapkan tentang impian yang melangit. Entah kali keberapa kita bertemu. Lambang yang sedari kecil sudah menjadi kebanggaanku dan berharap aku bisa memakainya di pundakku, sebagai bentuk amanah dan tanggung jawab pada negaraku. Lambang yang menyimpan semua harapan dan doa-doa ibu, serta perjuangan ayahku.
“Aaaaaaah…” Aku menghela nafas panjang. Sembari tersenyum menatap lambang itu. Tidak ada suara tapi malam ini terlalu berisik untukku, debar jantung pun pelan tanpa emosi dan ingin rasanya kuutarakan bahwa lambang itu adalah masa depanku, tersimpan di batas waktu yang selalu kutunggu. Apakah aku bisa memakai lambang itu? atau hanya sekedar ambisi untuk laki-laki yang tak punya sepertiku?.
“Fakhri, ibu selalu doakan semoga Allah mempermudah jalanmu untuk meraih cita-citamu, untuk menjadi bagian dari taruna.” Kata-kata ibu selalu terngiang-ngiang di telingaku, seakan harapan menggebu, dan akan kujadikan pelecut semangatku, untuk terus berjuang dan berlatih sampai cita-citaku menjadi TARUNA tercapai.
“Semangat Fakhri!!” Aku berbicara lantang sembari berdiri, memacu langkahku. Akan kubawa mimpi bersama harapanku untuk membuktikan bahwa aku pantas mengabdi pada negeriku.
Ulasan
Belum ada ulasan.