Deskripsi
Dalam dinamika zaman yang terus bergerak melampaui batas-batas disiplin, peran negara dan perangkat birokratisnya tengah menghadapi tantangan mendasar: bagaimana tetap relevan dan etis di tengah krisis ekologi, disrupsi teknologi, fragmentasi sosial, dan kompleksitas tata kelola global. Buku ini, Pemerintahan dan Keberlanjutan: Dari Birokrasi Instrumen ke Ekosistem Reflektif, merupakan hasil pergulatan konseptual yang mencoba menanggapi pertanyaan tersebut secara kritis dan transformatif.
Selama lebih dari satu abad, cara kita membayangkan pemerintahan telah didominasi oleh logika mekanistik: negara diposisikan sebagai mesin rasional yang bekerja melalui birokrasi sebagai instrumen kontrol, hukum sebagai formula preskriptif, dan perencanaan sebagai proyek linear menuju kemajuan. Dalam paradigma ini, birokrasi difungsikan sebagai alat teknis—netral secara politik, stabil secara prosedural, dan efisien secara administratif. Namun, narasi besar tersebut kini mulai goyah. Realitas menunjukkan bahwa krisis yang dihadapi dunia saat ini tidak bisa lagi ditanggulangi oleh logika yang sama dengan yang menciptakannya. Lingkungan yang semakin rusak, ketimpangan yang melebar, dan melemahnya legitimasi institusi publik menjadi penanda bahwa pendekatan birokrasi sebagai “mesin solusi” telah mencapai batas historis dan epistemologisnya.
Berangkat dari kesadaran itulah buku ini ditulis. Ia bukan dimaksudkan untuk menolak keberadaan birokrasi, melainkan untuk menantang status quo-nya: dari entitas instrumen menjadi bagian dari ekosistem reflektif. Birokrasi tidak seharusnya hanya dimengerti sebagai rantai kendali dan pengawasan, tetapi juga sebagai simpul dari jaringan pembelajaran institusional yang hidup, adaptif, dan mampu merespons kompleksitas yang terus berubah. Dalam semangat inilah, keberlanjutan tidak dipahami sebagai hasil akhir yang bisa dirumuskan secara teknis, tetapi sebagai horizon dinamis yang menuntut tata kelola yang bersifat dialogis, etis, dan reflektif.
Konsepsi ekosistem reflektif dalam konteks pemerintahan menandai pergeseran epistemologis yang fundamental. Ia menolak dikotomi kaku antara negara dan masyarakat, antara rasionalitas dan nilai, antara struktur dan proses. Pemerintahan tidak lagi dipahami semata-mata sebagai struktur formal yang berisi aturan dan prosedur, tetapi sebagai medan interaksi sosial-politik di mana berbagai aktor—negara, masyarakat sipil, pasar, bahkan alam—berinteraksi secara ko-evolusioner. Dalam ekosistem ini, birokrasi bukanlah pusat kendali tunggal, melainkan bagian dari jaringan relasional yang saling memengaruhi, saling belajar, dan saling mengoreksi.
Dengan demikian, buku ini merupakan ajakan untuk membongkar ulang cara kita memahami pemerintahan dan keberlanjutan. Ia mendorong pembaca untuk tidak terjebak dalam logika reformasi administratif yang sempit, tetapi berpikir melampaui reformasi itu sendiri: menuju transformasi konseptual yang memungkinkan pemerintahan menjadi sistem pembelajaran yang berkeadaban. Oleh karena itu, kata pengantar ini tidak hanya menjadi prolog penjelasan, melainkan juga bagian integral dari refleksi epistemik yang menjadi fondasi seluruh isi buku.
Ulasan
Belum ada ulasan.